Kerajaan Kalingga
v
Keberadaan
Kerajaan
Keberadaan
Kerajaan Kalingga diketahui dari
laporan bangsa China pada masa Dinasti Tang. Menurut laporan itu, pada
pertengahan abad ke-7 terdapat keajaan bernama Holing atau Kalingga di daerah
Jawa Tengah.
Apabila
melihat dari namanya, Kerajaan Kalingga kemungkinan didirikan oleh sekelompok
orang India yang mengungsi dari sebelah timur India ke Nusantara.
·
Dugaan ini didasarkan pada laporan tentang
penghancuran daerah Kalingga di India Raja Harsja. Orang Kalingga yang tersisa
melarikan keluar negeri.
·
Laporan dari China itu mengungkapkan bahwa ibukota
Kalingga dikelilingi oleh pagar kayu.
·
Penguasa Kalingga tinggal di sebuah istana
bertinggat dua dan duduk diatas singgasana yang terbuat dari gading Kerajaan
Kalingga kerap mengirim utusan untuk mempersembahkan upeti kepada Kaisar Cina.
·
Pada tahun 813, utusan Kalingga antara lain
mempersembahkan empat budak dan burung kaktua dan bulu aneka warna yang disebut
burung p’in-chia.
·
Dikabarkan bahwa Kaisar Cina sangat senanng dengan
utusan tersebut sehingga memberikanya gelar kehormatan.
v
Pemerintahan
Ratu Shima
Penguasa
Kalingga yang terkenal adalah Ratu Sima, yang memerintah di akhir abad ke-7. Sekalipun
pemerintahanya sangat keras, Ratu Sima dikenal sebagai ratu yang adil dan
bijaksana.
Ratu
Shima yang mendidik rakyatnya agar selalu berlaku jujur dan menindak keras
kejahatan pencurian. Ia menerapkan hukuman yang keras yaitu pemotongan tangan
bagi siapa saja yang mencuri. Pada suatu ketika seorang raja dari seberang
lautan mendengar mengenai kemashuran rakyat kerajaan Kalingga yang terkenal
jujur dan taat hukum. Untuk mengujinya ia meletakkan sekantung uang emas di
persimpangan jalan dekat pasar. Tak ada sorang pun rakyat Kalingga yang berani
menyentuh apalagi mengambil barang yang bukan miliknya.
Hingga tiga tahun kemudian kantung itu
disentuh oleh putra mahkota dengan kakinya. Ratu Shima demi menjunjung hukum
menjatuhkan hukuman mati kepada putranya, dewan menteri memohon agar Ratu
mengampuni kesalahan putranya. Karena kaki sang pangeranlah yang menyentuh
barang yang bukan miliknya, maka sang pangeran dijatuhi hukuman dipotong
kakinya.
v
Carita
Parahyangan
Berasal dari abad ke-16, putri Maharani Shima,
Parwati, menikah dengan putera mahkota kerajaan Galuh yang bernama Mandiminyak,
yang kemudian menjadi raja kedua dari Kerajaan Galuh.
Maharani Shima memiliki cucu yang bernama Sahana
yang menikah dengan raja ketiga dari Kerajaan Galuh, yaitu Brantasenawa. Sanaha
dan Bratasenawa memiliki anak yang bernama Sanjata yang kelak menjadi raja
Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh (723-732 M).
Setelah
Maharani Shima meninggal di tahun 732 M, Sanjaya menggantikan buyutnya dan
menjadi raja Kerajaan Kalingga Utara yang kemudian disebut Bumi Mataram, dan
kemudian mendirikan Dinasti/Wangsa Sanjaya di Kerajaan Mataram Kuno.
Kekuasaan di Jawa Barat diserahkannya kepada
putranya dari Teja kencana,
yaitu Tamperan Barmawijaya alias Rakeyan Panaraban. Kemudian Raja Sanjaya
menikahi Sudiwara puteri Dewasinga, Raja Kalingga Selatan atau Bumisambara, dan
memiliki putra yaitu Rakai Panangkara.
Pada
abad ke-5 muncul Kerajaan Ho- ling (atau Kalingga) yang diperkirakan terletak
di utara Jawa Tengah. Keterangan tentang Kerajaan Ho-ling didapat dari prasasti
dan catatan dari negeri Cina. Pada tahun 752, Kerajaan Ho-ling menjadi wilayah
taklukan Sriwijaya dikarenakan kerajaan ini menjadi bagian jaringan perdagangan
Hindu, bersama Malayu dan Tarumanagara yang sebelumnya telah ditaklukan
Sriwijaya. Ketiga kerajaan tersebut menjadi pesaing kuat jaringan perdagangan
Sriwijaya-Buddha.
v
Peninggalan
Prasasti
peninggalan Kerajaan Kalingga adalah
1.
Prasasti
Tukmas : Prasasti ini ditemukan di ditemukan di lereng
barat Gunung Merapi, tepatnya di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabag,
Magelang di Jawa Tengah. Prasasti bertuliskan huruf Pallawa dan berbahasa
Sansekerta. Prasasti menyebutkan tentang mata air yang bersih dan jernih.
Sungai yang mengalir dari sumber air tersebut disamakan dengan Sungai Gangga di
India. Pada prasasti itu ada gambar-gambar seperti trisula, kendi, kapak,
kelasangka, cakra dan bun ga teratai yang merupakan lambang keeratan hubungan
manusia dengan dewa-dewa Hindu.
2.
Prasasti
Sojomerto : Prasasti Sojomerto ditemukan di Desa Sojomert
o, Kecamatan Reban, Kabupaten
Batang, Jawa Tengah. Prasasti ini beraksara Kawi dan berbahasa Melayu Kuna dan
berasal dari sekitar abad ke-7 masehi. Prasasti ini bersifat keagamaan Siwais.
Isi prasasti memuat keluarga dari tokoh utamanya, Dapunta Selendra, yaitu
ayahnya bernama Santanu, ibunya bernama Bhadrawati, sedangkan istrinya bernama
Sampula. Prof. Drs. Boechari berpendapat bahwa tokoh yang bernama Dapunta
Selendra adalah cikal-bakal raja-raja keturunan Wangsa Sailendra yang berkuasa
di Kerajaan Mataram Hindu.
Candi
peninggalan Kerajaan Kalingga adalah
1.
Candi
Angin : Candi Angin ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan
Keling, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
2.
Candi
Bubrah : Candi
Bubrah ditemukan di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, Jawa
Tengah.
Kedua temuan prasasti ini menunjukkan bahwa kawasan
pantai utara Jawa Tengah dahulu berkembang kerajaan yang bercorak Hindu Siwais.
Catatan ini menunjukkan kemungkinan adanya hubungan dengan Wangsa Sailendra
atau kerajaan Medang yang berkembang kemudian di Jawa Tengah Selatan.
No comments:
Post a Comment